Rabu, 16 September 2009

Medical Service

Pada umumnya yang membedakan institusi kesehatan sipil dan militer adalah medical support ( dukungan kesehatan ), misalnya di TNI AU ada kesehatan matra yaitu kesehatan penerbangan dll. Medical services ) dimanapun bentuknya hampir sama. Pelayanan kesehatan bisa dilakukan di Rumah Sakit, Poliklinik, Seksi kesehatan ataupun apa namanya dimana umumnya seorang pasien akan mendapat pelayanan kesehatan. Tergantung besar kecilnya intitusi tersebut, maka pelayanan kesehatan dari satu tempat ketempat lain akan berbeda. Seperti contoh pasien dengan penyakit jantung koroner yang datang ke Rumah Sakit TNI AU Tk IV di suatu Lanud, mungkin tidak akan terdeteksi, sebaliknya jika ia datang ke Rumah Sakit TNI AU Tk II di Jakarta atau Bandung ceritanya akan lain. Ini salah satu segi kecil dari pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan (

Departemen Kesehatan bersama dengan organisasi profesi telah membuat buku panduan tentang standarisasi pelayanan kesehatan dan itu di adopt juga oleh institusi kesehatan TNI AU. Misalnya seorang dengan penyakit usus buntu harus ditangani oleh dokter spesialis bedah, dan dokter umum yang menerima pertama kali hanya boleh melakukan diagnostik dan tindakan tertentu. Demikian juga untuk penyakit lainnya.

Tujuan dari standarisasi pelayanan kesehatan tersebut adalah masalah mutu ( Quality ), dimana muaranya akan tercapai kepuasan pasien. Jika bicara tentang kepuasan pasien berarti kepuasan pelanggan ( costumer satisfaction ). Topik kita kali ini adalah masalah kepuasan pelanggan pada umumnya. Rumah sakit pada saat ini tidak hanya melaksanakan fungsi sosial saja. Karena jika itu saja yang dikerjakan dalam waktu singkat akan collaps, bersamaan dengan fungsi sosial juga harus fungsi bisnis / ekonomi. Dengan demikian berlaku hukum ekonomi ada uang ada pelayanan. Hal inilah yang membebani institusi kesehatan pemerintah maupun TNI/ Polri. Dengan dana terbatas, yaitu pemotongan 2 % dari pendapatan personil berbentuk DPK (dana pemeliharaan kesehatan) untuk digunakan oleh seluruh keluarga dalam menerima pelayanan kesehatan. Bandingkan dengan Asuransi Tenaga Kesehatan / Astek dimana potongan 6 % hanya untuk karyawan tersebut. Tetapi itu bukan cara excuse/ atau menjadi alasan untuk tidak memberi pelayanan kesehatan yang baik. Beberapa rumah sakit TNI AU yang letaknya di luar pangkalan biasanya dipergunakan juga oleh masyarakat umum, sehingga rumah sakit tersebut mendapat dana Non APBN. Dana ini akan digunakan untuk menutupi kekurangan dana dari negara. Masalahnya hampir 95% rumah sakit TNI AU berada di dalam Ring 1 sampai 2, yang mengakibatkan akses masyarakat umum sulit masuk, dengan demikian dana Non APBN belum dapat dijadikan sandaran. Rumah sakit TNI AD dan AL lebih beruntung letaknya ditengah- tengah masyarakat , sehingga pendapatan tersebut dapat dipergunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi anggota beserta keluarganya.

Didalam berbagai buku teks, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan eksterna (pasien, suplyer, dll) dan pelanggan internal (dokter, perawat, manajemen, owner dll). Memuaskan pelanggan berarti juga memuaskan kepada semuanya baik internal maupun eksternal.

Kepuasan pasien yang berobat di kota besar seperti Jakarta akan diukur dari mudah tidaknya parkir, aman tidaknya parkir, bagaimana tempat pendaftarannya, bagaimana ruang tunggunya, berapa lama menunggu dokter, bagaimana dengan sarana diagnostik penunjang seperti : Lab, Rontgen, USG dll, apakah apotiknya lengkap, bagaimana dengan sistim pembayaran, apakah menerima kartu kredit, asuransi dll. Mereka menuntut pelayanan yang tinggi, cepat diperiksa, cepat dilayani, perawat yang ramah, ruangan yang bersih, kalau perlu seperti hotel. Mereka tidak peduli dengan Length Of Stay, Bed Occupancy Rate dll yang menjadi ukuran- ukuran Internasional terhadap pelayanan kesehatan yang baik.

Kepuasan bagi dokter akan berbeda, misalnya tempat kerja yang nyaman, alat kesehatan yang lengkap dan canggih, mungkin potongan pajak yang kecil dll. Kepuasan yang dituntut oleh owner akan lain lagi, adalah rumah sakit harus bersih, tidak kumuh,manajemen baik, tidak rugi dll. Dengan kata lain seorang Kepala Rumah Sakit dan perangkat manajemennya harus dapat memuaskan semuanya. Bagi Rumah Sakit Swasta hal ini tidak akan terlalu sulit, karena semua pasien yang datang akan membayar sesuai apa yang diberikan maupun yang dituntut dalam pelayanan. Sebaliknya bagi rumah sakit pemerintah maupun TNI/ Polri tuntutan itu sangatlah sulit. Sebagai contoh Rumah sakit Lanud Sam Ratulangi sampai saat ini tidak ada anggaran untuk ULP pasien TNI/ dinas, dimana harus memberi makan pasien dinas 3 kali dengan menu khusus (umumnya untuk makan perhari rumah sakit mengeluarkan Rp 30.000,-/hari) belum lagi untuk penyediaan obat, alat kesehatan habis pakai, perawatan peralatan kesehatan termasuk ambulan mercy yang spear partnya sangat mahal, pengadaan sumber air bersih, perawatan listrik dan genset termasuk BBMnya, membayar tenaga magang baik dokter, perawat dan tenaga lainnya, dimana rumah sakit harus membayar upah mendekati Upah Minimal Regional (UMR) kota manado, jumlah anggota Rumah Sakit yang jauh dari standard (22%). Sehingga kalau pelayanan Rumah Sakit Lanud Sam Ratulang masih jauh dari ideal dapat dimaklumi.

Nah, bagaimana untuk mengatasi hal tersebut ? Menambah anggaran tidak mungkin, karna pasti kalah prioritas, menuntut agar semua pasien membayar juga tidak mungkin, karena sudah dipotong 2% dari gaji. Peluang yang mungkin dapat dilaksanakan jangka panjang adalah bagaimana agar masyarakat umum dapat menggunakan Rumah Sakit Lanud Sam Ratulangi. Caranya, dengan membuat suatu perencanaan yang baik dan dukungan dari semua anggota. Dengan demikian mudah- mudahan pendapatan Non APBN rumah sakit Lanud Sam Ratulangi akan meningkat dan dapat memberikan subsidi dalam peningkatan pelayanan kesehatan yang mengarah kepada kepuasan pelanggan. Siapa yang berperan untuk terlaksananya impian ini ? Sudah barang tentu kita semua, baik yang mempunyai wewenang maupun tidak, akan terlibat, karena rumah sakit TNI AU bukan hanya milik orang kesehatan. Kita ingin Rumah Sakit itu bersih, Asri, Dokter dan Perawat professional dan ramah, alat penunjang kesehatan lengkap, obat tersedia, mudah dicapai dll. Semoga impian ini segera menjadi kenyataan.

RIWAYAT HIDUP


Nama saya Mochammad Azhari dilahirkan pada tanggal 20 April 1969 di sebuah rumah sakit yang berada di kesatrian RPKAD Cijantung Jakarta Timur yang saat ini telah berubah nama menjadi Kopassus. Dari orang tua saya mendapat keterangan akan arti yang terkandung pada nama saya itu yaitu Mochammad Azhari, diharapkan dapat mengikuti suri tauladan dari sifat nabi Muhammad SAW dan kata Azhari didapat dari nama seorang guru ngaji dari bapak saya. Saya merupakan anak ke tiga dari enam bersaudara dimana anak pertama perempuan yang kedua laki-laki yang sudah almarhum sejak tahun 2006 karena sakit, sedangkan di bawah saya anak yang ke empat perempuan, yang kelima laki-laki dan anak yang terakhir perempuan. Bapak saya bernama Mochammad Gufron saat ini sudah almarhum. Beliau adalah purnawirawan TNI AD, sedangkan ibu saya bernama Latifah adalah sebagai ibu rumah tangga yang baik. Kami bangga mempunyai orang tua seperti mereka dan keduanya merupakan pahlawan bagi kami semua. Ibu saya saat ini bertempat tinggal bersama adik saya yang bungsu di jl.suci Ciracas Jakarta Timur.

Masa kanak-kanak saya dibesarkan di lingkungan kehidupan asrama tentara, kondisi ini sedikit banyak menempa saya untuk hidup disiplin dan mandiri oleh karena kami sekeluarga sering ditinggal oleh bapak tugas untuk menunaikan kewajibannya sebagai anggota TNI. Kehidupan asrama cukup menyenangkan, walaupun kami hidup dengan kesederhanaan dan keterbatasan, kondisi demikian tidak membuat kami sekeluarga patah semangat, bahkan hal ini menjadikan motifasi bagi kami untuk maju demi meraih cita-cita. Alhamdulillah kakak-kakak dan adik-adik saya semua dapat meraih gelar sarjana, dan semua sudah mendapatkan pekerjaan baik di instansi pemerintahan, guru dan anggota TNI.

MASA SEKOLAH

Seperti anak-anak pada umumnya saya sempat merasakan pendidikan taman kanak-kanak pada usia 5 tahun di Tk Tunas Harapan Cijantung dan lulus tahun 1979, Umur 7 tahun saya masuk sekolah Dasar Negeri 03 pagi Cijantung Jakarta Timur dan menyelesaikan sekolah pada tahun 1982, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 103 Cijantung Jakarta Timur. Setiap hari saya kesekolah dengan berjalan kaki. Tahun 1985 saya menyelesaikan pendidikan SMP dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 39 Cijantung Jakarta Timur. Semua sekolah dari sejak TK sampai SMA letaknya berada di dalam asrama Kopassus Cijantung Jakarta Timur, dan semuanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

Setamat Sekolah Menengah Atas saya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Kemudian saya mencoba mendaftarkan diri di perguruan tinggi di kota Surabaya. Sudah niat saya untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi di kota Surabaya, karena kota ini merupakan kota asal kedua orang tua saya. Dengan harapan selain menimba ilmu saya juga dapat mempererat hubungan tali silaturrahmi dengan sanak keluarga dari kedua orang tua saya. Dengan seiringnya waktu pada tahun 1988 saya dinyatakan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, salah satu perguruan tinggi negeri di kota Surabaya. Selain saya ada empat orang lain yang berasal dari SMA saya yang juga diterima di Fakultas Kedokteran Unair Surabaya. Kedua orang tua dan keluarga saya bangga sekali saat saya diterima di fakultas kedokteran. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena saya dapat membuat mereka semua bahagia.

Tahun 1993 saat masa perkuliahan saya mencapai tahap semester sembilan dengan gelar dokter muda, saya mencoba mendaftarkan diri sebagai perwira beasiswa ABRI di Panda Kodam V Brawijaya Jawa Timur. Akhirnya saya dinyatakan lulus dan saya mengikuti pendidikan Sepa Milsuk ABRI angkatan ke VI tahun 1993 di Kodikal Surabaya. Pada tanggal 8 Agustus 1993 saya dilantik menjadi letnan dua Kesehatan. Selanjutnya saya melanjutkan pendidikan profesi dokter muda di Fakultas kedokteran di Universitas Airlangga Surabaya dengan status perwira tugas belajar. Selama masa perkuliahan saya di tempatkan sebagai Perwira kesehatan Lanud Surabaya. Pada bulan Juli tahun 1995 saya dilantik sebagai dokter.

Setelah enam tahun saya menjalani tugas dan pekerjaan sebagai dokter TNI AU, pada tahun 2000 saya mencoba mendaftar dan menjalani tes untuk mengikuti pendidikan program dokter spesialis paru di Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Awal tahun 2001 saya mulai mengikuti pendidikan program dokter spesialis di bagian ilmu penyakit paru RSU dr. Soetomo/ Universitas Airlangga Surabaya selama kurun waktu lima tahun.

Dengan perjuangan dan semangat yang tinggi akhirnya pada bulan Juli 2006 saya dilantik sebagai dokter spesialis paru. Saya sangat bersyukur dan berteima kasih kepada Allah SWT, kepada Istri dan anak-anak saya serta kepada ibu dan kedua mertua saya, karena berkat dukungan moril maupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dokter spesialis dengan baik.

PENUGASAN

Pelantikan Letnan Dua Sepa Milsuk tahun 1993 angkatan VI pada tanggal 7 Agustus 1993, sebagai Perwira DP Dan Lanud Surabaya dalam rangka melanjutkan kuliah sebagai perwira beasiswa ABRI. Tanggal 1 Februari 1996 diangkat sebagai Letnan satu dan mendapat jabatan sebagai Kasi Kes Lanud Dilli di Timor Timur sampai dengan tahun 1997, Tanggal 6 Juli tahun 1997 dimutasi sebagai Pakes Skadron Udara 32 Lanud Abdurrahman Saleh Malang Sampai tahun 2000. Pada tanggal 1 April 2000 saya mendapat kenaikan pangkat Kapten, Tanggal 24 Juni tahun 2000 dipercaya sebagai Kepala Gawat Darurat Rumkit Lanud Abdurrahman Saleh Malang sampai awal 2001. Tanggal 1 Juni 2001 selama kurang lebih enam bulan sebagai Pa Kes Rumkit Lanud Adi Sucipto Jogjakarta, dan tanggal 3 Desember 2001 di mutasi sebagai Pa kes Rumkit Lanud Surabaya sampai tahun 2006 dalam rangka menjalani pendidikan dokter spesialis. Sejak tanggal 6 September 2006 saya dipercaya sebagai Karumkit Lanud Samratulangi di Manado sampai sekarang. Tanggal 1 April 2007 saya mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayor, inilah pangkat dan jabatan saya terakhir sebelum saya dipanggil untuk mengikuti pendidikan Sekkau ini.

KELUARGA

Saya menikah dengan Ririn Indriasari, SE. Seorang gadis asal Jawa Timur pada tanggal 8 September 1995 di Mojokerto Jawa Timur, yaitu beberapa bulan setelah saya dilantik menjadi dokter. Pada waktu menikah dia baru semester I di Fakultas Ekonomi dan melanjutkan kuliahnya sampai mendapatkan gelar sarjana, walaupun saya beberapa kali pindah tugas istri tidak mengikuti ke tempat saya bertugas.

Alhmdulillah sekarang saya sudah dikaruniai 3 orang anak-anak yang lucu dan cantik, 1 putra dan 2 putri yaitu yang kami beri nama Ahmad Fauzi Azhari berumur 13 tahun, Nabilla Nur Aisyah Azhari berumur 9 tahun dan Alya Rusyda Salsabilah Azhari berumur 6 Tahun. Semoga Allah SWT. selalu memberikan yang terbaik kepada kami sekeluarga. Saat ini Kami tinggal di rumah dinas TNI AU Lanud Samratulangi Manado.

KEGEMARAN / HOBI

Jalan-jalan menikmati pemandangan kota dan daerah dimana kami tinggal merupakan kegiatan yang rutin kami lakukan bersama anak- anak disaat waktu libur kami. Bermain dan berenang di pantai adalah kegemaran kami sekeluarga, sedangkan bermain sepak bola adalah kegiatan olah raga yang sering saya lakukan dan merupakan hobi saya sejak kecil.

Kegemaran saya yang lain adalah memelihara ikan hias dan merawat tanaman di taman halaman rumah kami, dengan melihat tanaman dan ikan hias saya merasakan adanya ketenangan dan kesejukan di hati.